2016 ini sungguh keterlaluan serunya. Saking serunya saya jadi ga punya waktu buat nulis-nulis. Nah, mumpung 2016-nya belom abis, gpp deh ya nulis satu cerita.
Kali ini mau meracau tentang pengakuan dosa *religius amat sih Gon*
Meski saya udah Katolik dari bayi, dan udah belajar tentang sakramen-sakramen dalam Katolik sejak SD, saya bukan tipe yang rajin untuk melakukan pengakuan dosa. Kalau di SD & SMP saya ngaku dosa setahun 2x (biasanya deket Natal sama Paskah) karena kebetulan difasilitasi aja sih sama pihak sekolahan. Mayaaannn.. itung-itung bisa kabur bentar dari kelas *motivasi macam apaaaa ahahaha*
Di SMA, meski saya bersekolah di sekolah Katolik, tidak ada fasilitas pengakuan dosa. Biasanya kalau mau deket Natal atau Paskah, murid-murid
Di kuliah, karena masuk universitas negeri, makin ga pernah lagi saya melakukan pengakuan dosa. Meski saya aktif di komunitas mahasiswa Katolik ketika itu, meski difasilitasi oleh romo pendamping mahasiswa, saya tidak pernah satu kali pun melakukannya. Alasannya: ah, malu! Kan sering ketemu sama romonya, nanti kalo dia ingat dosa saya gimana?
Tahun 2010 setelah lulus kuliah, saya yang ketika itu masih berstatus job seeker, coba-coba ikutan sebuah program dari KAJ. Namanya Kampus Orang Muda Jakarta. Sebelum memulai program KOMJak ini, ada retret 4 hari bagi para peserta. Di hari ketiga retret romo pendamping KOMJak ketika itu membuka layanan pengakuan dosa. Romonya bilang gini kalau saya ga salah ingat: "Nggak perlu buat daftar dosa panjang-panjang, sekarang kalian masing-masing renungkan dan temukan apa yang menjadi akar dari dosa-dosa yang sering kalian perbuat. Cukup 1 - 2 kata saja. Kalau sudah siap, saya tunggu di dalam."
Wooohhh... menarik sekali nih cara ngaku dosanya! Baiklah saya pun dengan senang hati melakukan pengakuan dosa. Di dalam ruang pengakuan, saya cuma sebentar. Paling cuma 5 menit. Karena beneran saya cuma nyebutin satu kata aja yang menurut saya ketika itu menjadi akar dari dosa-dosa saya. Enak nih ngaku dosa macam ini hahahahahahaha.
Waktu berlalu. Ratusan purnama terlewati. Saya nggak pernah lagi ngaku dosa sejak itu. Hingga suatu hari, saya mendapat kesempatan untuk mengikuti MaGiS + WYD 2016 di Polandia *ehem, cerita lengkap tentang pengalaman di Poland sebenernya udah ditulis di blog lain, tapi masih dicicil dikit-dikit. Harap bersabar ya*
Polandia nih negara yang Katolik banget. Penduduknya mayoritas Katolik. Gerejanya ada banyak banget dan bagus-bagus. Bahkan di satu gang bisa ada 3 gereja Katolik bersebelahan. Tiap misa selalu dipenuhi umat. Namun, ada hal menarik yang saya perhatikan, Meski banyak orang datang mengikuti misa, tetapi tidak semua maju menerima komuni. Saya cuma bingung-bingung doang dalam hati: ini apa mereka belum pada dibaptis dan terima sakramen Mahakudus ya? Kok pada nggak ngambil komuni. Mau nanya langsung rasanya ga enak.Ya masa nanya langsung pas misa. Takut dikeplak. Mau nanya abis misa, saya udah lupa. Baru inget lagi pas misa. Gitu aja terus
Suatu hari, saya ngobrol sama seorang teman panitia MaGis. Sebut saja namanya Mikolaj (padahal emang itu namanya, cara bacanya me - co - why alias mikoway). Saya tanya kenapa nggak setiap orang maju terima komuni sih. Lalu Mikolaj bilang mereka yang ga komuni biasanya merasa ga pantes menyambut tubuh Yesus karena belum ngaku dosa. Di Poland, mereka punya kebiasaan ngaku dosa dulu baru layak terima komuni. Jadi, kalau mereka dateng misa tapi belum ngaku dosa, biasanya mereka gamau maju untuk komuni. Dan rata-rata mereka ngaku dosa seminggu atau dua minggu sekali. Wow! Saya geleng-geleng takjub. Saya jadi malu mengakui ke Mikolaj bahwa saya udah sekitar uhuk enam tahun ga ngaku dosa *tutupin muka pake bantal*
Pantesan ya saya sering banget liat banyak Om-om ber-collar (collar ya, bukan kolor. clerical collar, kerah putih yang biasa dipake rohaniwan: uskup, romo, bruder, bahkan para seminaris) yang duduk di taman sambil dengerin orang curhat. Saya baru sadar kalo itu romo yang lagi melayani pengakuan dosa. Warbiyasak ya!
Terus kamu sendiri gimana Gon?
Kebetulan pas di kota Czestochowa, saya berkesempatan mengunjungi biara Jasna Gora bersama-sama dengan peserta MaGis lainnya. Lalu, di Jasna Gora ada ibadat rekonsiliasi dan pengakuan dosa. Karena peserta MaGis sendiri ada 2200 orang, ibadatnya dilakukan di lapangan terbuka sore-sore gitu. Romo yang mimpin ibadat ada di atas semacam balkon gitu deh. Nih saya comotin foto dari flickr nya MaGis 2016 biar ada gambaran.
Peserta MaGis ngikutin ibadah rekonsiliasi di lapangan biara Jasna Gora source: flickr MaGis Poland |
Romo Pawel mimpin ibadat rekonsiliasi dari atas balkon biara source: flickr MaGis Poland |
Nah para pesertanya di bawah tuh, keliatan ga? source: flickr MaGis Poland |
Para romo yang ada di acara MaGis dikerahkan untuk memberi sakramen pengakuan dosa. Romo-romo dengan jubah dan stola nyebar di pinggir-pinggir lapangan. Mereka bawa tulisan yang isinya bisa melayani pengakuan dalam bahasa apa saja.
Berarti romonya melayani dalam bahasa Spanyol dan Inggris source: flickr MaGis Poland |
Romo di sebelah kiri itu lagi nunggu 'pasien' source: flickr MaGis Poland |
beneran banyaaaakkk banget romo yang memberi sakramen pengakuan dosa. iyalah, peserta MaGis aja ada 2200 orang source: flickr MaGis Poland |
Saya ketika itu masih ragu, mau ngaku dosa apa nggak ya. Saya pun berjalan mengelilingi lapangan
Eh, tapi mau ngaku dosa pake bahasa apa ya. Jangankan pake bahasa Inggris, ngaku dosa pake bahasa Indonesia aja saya udah lama ga melakukan. Saya nanya ke si frater
Gone: "Kamu mau ngaku dosa nggak?"
Frater: "Hm, not sure. Saya masih berusaha mengumpulkan keberanian
Gone: "Sama, saya juga. Eh tapi ya, saya kayaknya mau ngaku dosa pake bahasa Indonesia aja deh."
Frater: "Memangnya ada romo dari Indonesia?"
G: "Ada satu romo Indonesia yang tugas di Macau dateng juga ke MaGis. Kalo saya berhasil menemukan dia di antara ribuan orang ini, saya ngaku dosa deh."
Jalan sepuluh langkah dan jreeennnggg... di sanalah si romo yang mengerti bahasa Indonesia lagi duduk. Makanya Gon, jangan suka mencobai Tuhan. Udah ga pernah ngaku dosa, malah ngerjain Tuhan. Muncul kan tuh si romonya. Hahahahaha
Namanya Romo Vincent. Pertama kali kenal pas di Jogja acara Magis Asia Pasific gathering. Romo Vincent mendampingi teman-teman MaGis dari Macau. Beliau asli suroboyo. Ngomongnya masih ada logat medok-medok sedikit. Setelah acara di Jogja, beberapa kali saya pernah chat dengan beliau.
Saya mondar-mandir di belakang romo Vincent. Antara yakin dan nggak. Romo-romo di kiri dan kanannya Romo Vincent udah mulai terima pasien. Romo Vincent kosong, belum ada yang antri. Bahkan mungkin karena nggak ada yang nyamperin setelah sekian lama *eh ini dalam konteks pengakuan dosa, bukan yang lain*, Romo Vincent pun ngelipet lagi stolanya. Lhaaaa.... dia tutup lapak. Ahahahahaha.
Di tengah kebingungan itu, si frater
Saat ibadat rekonsiliasi saya merenung. Ini kesempatan yang bagus sebenernya buat saya ngaku dosa. Tuhan sendiri sudah mengundang saya. Dan ini adalah sebuah rahmat yang harus saya syukuri. Bahwa saya begitu dicintai oleh Tuhan meski saya berdosa. Saya diberi kesempatan untuk mengakui dosa-dosa saya dan diampuni olehNya. Apalagi ketika itu masih tahun kerahiman. Ada rasa hangat menjalar di hati saya ketika membayangkan bahwa Tuhan yang Maharahim mau mendengarkan pengakuan dosa saya, mengampuni saya dan tetap mencintai saya apa adanya.
Maka, saya pun dengan penuh sukacita menuju ke tempat romo Vincent berada. Ternyata, sudah ada antrian teman-teman MaGis Yogya yang juga ingin mengaku dosa. Saya giliran ketiga. Saya menunggu tak jauh dari tempat Romo Vincent berada, sambil berpikir...
...
...
... eh kalo ngaku dosa itu mesti ngapain dulu sih pertamanya?
0 kicauan:
Post a Comment