Monday, December 19, 2011

janji sebelum kembali ke ibukota

tahun lalu saya blingsatan saat ngeliat pengumuman kalo Papermoon Puppet Theatre bakal bikin pementasan  Mwathirika di Yogya. ngecek jadwal dan ngecek celengan, kok rasanya gak mungkin saya ke Yogya hanya demi nonton pertunjukkan teater boneka. tapi bermodalkan nekat (dan mungkin khilaf), saya buruburu pesen tiket kereta ke Yogya. urusan cuti? gampang lah. udah dapet tiket pertunjukkan? yaaaa semoga aja nantinya dapet. yang penting tiket kereta menuju Yogya sudah di tangan.


dan ternyata kaburnya saya ke Yogya ga bisa dibilang 'hanya'. apa yang saya saksikan, apa yang saya rasakan ketika menonton Mwathirika sebanding dengan semua pengorbanan yang saya lakukan: mbobol celengan sampe harus puasa sebulan ke depan plus mesti bohong sana sini pake alesan buangbuang air supaya bisa kabur dari kerjaan.


sejak nonton Mwathirika itu saya jatuh cinta setengah mati sampe garukgaruktanah sambil senyumsenyum sendiri sama PAPERMOON PUPPET THEATRE. bahkan saya masih inget tanggalnya loh. 3 Desember 2010 di LIP, Yogya. aaaahh udah setahun lebih dong saya naksir sama Papermoon *taburtaburkonfetti.


tahun 2011 ini saya lumayan beruntung karena rombongan Papermoon sempet dua kali mampir ke Jakarta. yang pertama pentas Mwathirika lagi di bulan Januari (sungguh aku masih inget tanggalnya, 18 Januari 2011 di Goethe Institut). yang kedua pentas di Kota Tua tanggal 16 Juli 2011. Judulnya Sirduskarkus. sudah tentu saya datang menonton kedua pertunjukkan itu plus bawa rombongan sampe nyewa metromini *okeee...ini agak lebay yang bagian nyewa metromini nya. hehehe.


nah nah nah ternyata Desember tahun ini saya mengulang lagi kenekatan yang sama seperti ketika mengejar Mwathirika. waktu di Kota Tua, mbak Ria udah bisikbisik ke saya kalo bulan desember Papermoon bakal pentas di Yogya. haiiissshhh, dari bulan Juli saya udah siapsiap buat berangkat ke Yogya loh. ngecek tiket pesawat dan tiket kereta, nyarinyari tempat menginap, bahkan sampe ngasih prolog ke bu kepsek bahwa saya bakal cuti bulan Desember. oiya saya juga nulis surat ke Mbak Ria dan Mas Iwan ngerequest tanggal pementasan. kalo bisa jangan di tanggal sekian ya mbak dan mas. tapi kalo ga bisa ya saya nonton gladi bersih juga gak apaapa asal bisa nonton.


makin deket Desember, makin giranglah saya. status gtalk dan ym sejak oktober: desember, jogja, senyumsenyum. tiket buat ke Yogya sudah di tangan. tinggal nunggu kapan Mbak Ria bikin pengumuman soal tanggal pementasan. ternyata eh ternyata tanggal pementasan yang kali ini lebih panjang dari yang disebutkan Mbak Ria dalam balasan suratnya. yes! berarti saya bisa nonton pentasnya, bukan gladi bersihnya aja *jogedan.



dan sekarang di sinilah saya. di sebuah kamar hotel di Yogya, di depan laptop sambil senyamsenyum macam lagi nulis surat cinta buat pacar. ya, saya habis nonton pertunjukkan Papermoon: Setjangkir Kopi dari Plaja. secangkir kopi yang berhasil bikin hati saya jadi hangathangat gimana gitu. dan Papermoon emang bikin ketagihan. rasanya secangkir kopi doang gak cukup. saya sih pinginnya nambah. tapi apa daya, dunia nyata sudah memanggilmanggil.


seperti janji Pak Wi kepada kekasihnya sebelum berangkat ke Rusia untuk setia pada cintanya, maka inilah janji saya sebelum kembali ke ibukota: bahwa saya akan terus jadi penggemarnya Papermoon dan menebarkan virus naksir-setengah-mati-sama-Papermoon kepada banyak orang.



salam,
ketua groupies Papermoon ranting Jakarta (barusan ngangkat diri sendiri) yang sebentar lagi bakalan jadi manajer produksinya Papermoon (sumpah, yang ini ngarep abis!)

Wednesday, December 07, 2011

selalu galau kalo bagi rapot :(

kepada yth.
orangtua murid
di manapun Anda berada



terima kasih ya sudah menyempatkan diri untuk mampir ke sekolah hari ini. saya senang bisa mengobrol banyak dengan Anda. tapi ada beberapa hal yang mengganjal di hati dan pikiran saya setelah bertemu dengan Anda. mungkin ganjalan ini tidak saya utarakan pada pertemuan tadi. soalnya baru kepikiran sekarang. hehehehe.


gini gini, saya mau tanya nih. waktu Anda memilih sekolah untuk putra/putri Anda, apakah Anda sadar bahwa sekolah kami ini adalah sekolah  umum, bukan sekolah agama? apakah Anda sadar sejak awal bahwa sekolah kami memang tidak mengajarkan konsep agama apapun kepada muridmurid? dan apakah Anda benarbenar menyadari sepenuhnya bahwa putra/putri Anda baru berusia 2 tahun dan tentu saja konsep agama masih terlalu abstrak buat mereka (yaiyalah, pipis aja masih bingung apalagi ngomongin agama) ?


terus terang saya bingung deh kalau Anda mempertanyakan: kenapa saat tiba di sekolah, anak hanya disambut dengan ucapan 'selamat pagi' bukannya  'assalamualaikum'? kenapa anak gak disuruh buat tanda salib dulu sebelum makan? kenapa gak ada yang ngajarin ngaji?


lah lah lah. saya beneran heran campur kaget. putra/putri Anda kan hanya bersama kami selama dua jam setiap kali pertemuan, dua kali pertemuan seminggu. sisanya tentu saja lebih banyak berada di rumah, entah bersama Anda, entah bersama pengasuh.


sekarang saya ingin balik bertanya pada Anda: apakah di rumah Anda telah menerapkan konsep beribadah pada putra/putri Anda? apakah Anda sering sholat atau ngaji sehingga putra/putri Anda terbiasa mendengar? apakah Anda selalu membuat tanda salib setiap kali akan makan? apakah Anda membiasakan putra/putri Anda mengucapkan 'assalamualaikum' sambil cium tangan?


jika jawabannya tidak, ya saya sih cuma pengen ketawa aja. Anda berharap sekolah nasional yang cuma mendampingi putra/putri Anda empat jam seminggu mengajarkan tentang konsep beragama sedangkan Anda sendiri tidak pernah mengajarkan apaapa di rumah. aneh!


lagipula menurut saya, jauh lebih penting mengajarkan mengenai toleransi terhadap teman lain daripada ngocehngoceh sampe mulut berbusa tentang konsep agama ke anak umur 2 tahun. di sekolah, kami mengajarkan bagaimana menghargai dan menghormati teman serta guru. kami merayakan semua pesta tanpa perlu menyebutkan bahwa sebenarnya yang merayakan adalah orang Kristen atau orang Islam.


ada perayaan Pesta Ketupat. kami tidak menyebutnya dengan Pesta Lebaran. kami memasang dekorasi yang berkaitan dengan tradisi bukan dengan kitab suci, misalnya ketupat, bedug, unta, pohon kurma. ada lagi yang namanya Pesta Akhir Tahun. kami tidak menyebutnya dengan Pesta Natal dan Tahun Baru. kami memasang dekorasi yang berkaitan dengan tradisi bukan dengan kitab suci, misalnya pohon terang, santa klaus, frosty the snowman, candy cane, salju.


mengajarkan toleransi adalah dengan membiarkan putra/putri Anda ikut merayakan semua pesta tersebut. jangan hanya memilih pesta yang dianggap sesuai saja dan melarang mereka mengikuti perayaan pesta yang dianggap bertentangan. pakaikan saja mereka baju sesuai dresscode lalu biarkan mereka merayakan kemeriahan dan keceriaan pesta tanpa perlu pusing dengan konsep agama. harapan kami mereka merasakan nuansa yang berbeda dari setiap pesta dan tetap bisa menghargai perbedaan itu.


saran saya, jika Anda sendiri kurang yakin bisa memberikan pendidikan agama kepada putra/putri Anda,  mendingan mereka disekolahkan di sekolah yang mengusung satu agama, bukan sekolah umum. pendidikan anakanak memang susahsusah gampang. memasukkan mereka ke sekolah tidaklah semudah ngangon kambing ke padang rumput lalu dibiarin gitu aja dan setelah selesai kemudian digiring pulang ke kandang (halah! macem pernah aje ngangon kambing :P). perlu ada kerjasama antara pihak sekolah dan orangtua.


semoga surat saya ini semakin mengakrabkan kita ya, Bapak/Ibu. toss dulu ah biar kita makin kompak dalam mendidik anakanak.



salam,
ibu guru yang supergalau tiap kali abis bagi rapot





*psstt...kegalauan lain pasca bagi rapot semester lalu bisa dilihat di sini
 

(c)2009 racauan si tukang cerita. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger