Thursday, December 12, 2013

Biar Cepet Move On

MasJinot, gadget kesayangan yang paling setia menemani setahun terakhir ini ternyata sering rewel. Ada-ada saja masalahnya. Mulai dari ada sambungan kabel di dalam sirkuitnya yang putus, batere yang hamil, hingga charger yang rusak. Biasanya penyakit-penyakit MasJinot muncul di saat-saat saya akan pergi ke luar kota. Hiihh...riwil betul! Daripada saat di kota lain saya kerepotan karena tak bisa dihubungi, terpaksa saya membawa MasJinot berobat dulu *dadah-dadah sama sekian ratus ribu rupiah yang melayang*

Bener kata temen saya, MonJun, handphone mahal ya perawatannya juga mahal. Untungnya, saya mendapatkan si MasJinot gratisan. Hihihihi. Saya memang beruntung ketika itu. Belum genap tiga bulan saya bekerja di kantor yang sebelum ini, saya menang doorprize di sebuah acara yang tak sengaja saya datangi. Tadinya saya tak mau hadir di acara gathering yang diadakan oleh  sebuah stasiun TV swasta. Namun berkat paksaan seorang teman (dan juga ancaman si mbakboss, hihihi) saya pun berangkat. Tujuan saya datang ke acara itu cuma satu: makan. Hahahaha, saya tidak mau repot-repot menjalin relasi dengan para tamu undangan. Pokoknya posisi saya berdiri tak jauh-jauh dari meja prasmanan. Dan ketika seluruh makanan telah saya coba, saya mulai gelisah ingin segera pulang. Namun, teman saya, Oppie, menahan saya untuk tetap di sana hingga pembagian doorprize. Saya terpaksa nurut karena bingung juga kalau harus pulang sendirian dari sana. Tak disangka, ternyata nama saya dipanggil dan mendapatkan hadiah Samsung Galaxy Note N-7000. Sejak itulah saya memiliki smartphone dan masuk dalam pergaulan anak muda masa kini yang memiliki WhatsApp, Line, Instagram, Path, dan teman-temannya.

Nah, di umurnya yang satu tahun tiga bulan, lagi-lagi MasJinot rewel. Dia tahu saya akan ke Jogja di akhir bulan ini maka dia pun kembali berulah. Dan dia tahu saya amat sayang sama dia sehingga saya mau ngerelain beberapa ratus ribu rupiah melayang lagi demi mengobati dia. Tadi siang saat lunch break, saya dan tujuh orang teman kantor berbondongbondong menuju Mal Ambassador (Happy Ambass Day! teriak salah satu teman di pagi hari saat tahu bahwa makan siang kali ini akan berlangsung di Ambassador, hihihi). Sebelum menuju service center, saya sempat berujar pada Mbak Petty, si mbakboss baik hati: "Aku sih udah rela, Mbak kalo harus ilang data-datanya. Aku males backup. Nggak ada waktu. Lagian sebelum-sebelumnya juga dibilang datanya bakal ilang eh kenyataannya masih ada tuh."

Lalu, inilah yang terjadi saat di service center...
Mbak Service Center: Selamat siang. Ada yang bisa dibantu?

Saya: Mau perbaiki ini, Mbak *sambil nyerahin MasJinot* Ini kalau ngecharge lama banget dayanya naik, padahal dulu nggak gitu. Udah gitu ga bisa 100%. Dulu pernah sih dibilang connector chargernya rusak. Udah diservis dan udah baik-baik aja. Kok sekarang kumat lagi ya.

Mbak Service Center : Coba saya periksa dulu ya *memeriksa MasJinot dengan stetoskop mencolok kabel charger* Mbak, ini connector chargernya baik-baik saja. Sepertinya softwarenya crashed deh. Harus install ulang software. Tetapi berarti data-datanya akan hilang.

Saya : Nggak apa-apa, Mbak. Saya rela kok *kemudian bisik-bisik ke Mbak Petty: biar cepet move on juga, hehehehe*

Mbak Service Center: Bener, Mbak nggak apa-apa? Nggak mau dibawa pulang dulu untuk dibackup?

Saya: Nggak usah, Mbak. Yakin!

Mbak Service Center: Baik. Untuk install ulang butuh waktu dua jam ya. Mau ditunggu atau ditinggal?

Saya: Ditinggal aja, Mbak. Nanti pulang kantor saya balik lagi. Buka sampai jam berapa?

Mbak Service Center: Sampai jam 7 malam.

Kemudian si Mbak Service Center memasukkan data diri saya dan membuatkan tanda terima. Saya pun kembali ke kantor........





..... dengan perasaan GAMANG!!!


HAHAHAHAHAHAnjriiittt!!! Siapa bilang saya beneran rela? Saya kepikiran dan tentu saja belum rela sepenuhnya (makanya saya sampe buat tulisan ini :P). Kepikiran sama foto-foto yang super banyak (sebagian sudah diupload di berbagai social media sih), sama phonebook yang udah tersusun rapi, sama sms dan isi chat whatsapp (sebagai pecinta kenangan, saya rada kurang rela bagian itu), sama beragam aplikasi yang sudah pasti hilang. Aaaaahhh!!!!

Galaunya nggak habis-habis. Ditambah hujan deres banget. Sesorean ini saya cuma duduk dan menatap layar komputer dengan nanar. Saya bahkan nggak sanggup menyelesaikan satu artikel yang deadline-nya hari ini. Bermacam-macam kenangan berlompatan di kepala: obrolan dodol dengan grup circle, curhatan dan makian soal kerjaan dengan Widha, screenshot hasil stalking socmed gebetan, foto-foto waktu Magelang trip sama Trio Binjulids, rempong dan hebohnya ke Cirebon sama Suns, waktu nonton Papermoon Puppet, waktu ngajar bocah-bocah *syiitttt...sekarang airmatanya netes lagi*

Beberapa teman mencoba menghibur dan memberi pukpuk. Tapi saya antara denial atau mencoba memotivasi diri selalu bilang: nggak apa-apa, biar cepet move on, udah mau 2014 nih. Lalu ketawa miris. Hahahahaha. Bahkan saya sempet mengibaratkan dengan nyopot plester di luka yang setengah kering. Kalau nyopotnya pelan-pelan malah makin lama berasa sakitnya. Kalau nyopot cepet breeettseeettt.... kaget dan sakit tapi sebentar doang langsung ilang. Kalau ngosongin memori di MasJinot nya satu-satu yang ada saya malah sibuk merenung sambil ngeliatin foto-foto sebelum dihapus. Jangan-jangan saya jadi nggak rela dan batal menghapus karena takut 'sakit'. Nah, kalau diinstall ulang, prosesnya lebih cepat. Langsung aja gitu ilang semua. Udah nggak bisa mundur lagi ketika MasJinot sudah diserahkan pada Mbak Service Center.


Kosongnya memori MasJinot semoga bisa memotivasi saya untuk mengosongkan hati dan bersiap menyambut yang baru. Pengalaman yang baru, cinta yang baru, dan tahun yang baru.

Tuesday, September 24, 2013

Ketika Menjadi Kuat adalah Satu-satunya Pilihan

Saya mengenalnya sebagai kakak senior saya di kampus. Saya mengenalnya lewat cerita-cerita sahabat saya yang juga adalah sahabatnya. Saya mengenalnya sedikit lebih jauh lagi sekitar dua tahun lalu, akibat keisengan saya yang nyomblangin dia (dan akhirnya jadian :p) sama salah satu anggota Papermoon Puppet Theatre, kelompok yang saya idolakan. Biasanya kami hanya bertemu saat pentas-pentas Papermoon. Akhir-akhir ini kami memang mulai intensif ngobrol via Whatsapp atau Line.
Kemarin malam kami berjumpa sepulang kantor. Niatnya hanya ingin mengambil titipan barang. Namun dilanjutkan ngobrol ngalor ngidul. Kalau boleh saya menyimpulkan, tema obrolan kami semalam adalah menceritakan kembali kisah-kisah yang ingin dilupakan. Sebelum akhirnya kami benar-benar melupakan kisah kami sendiri, kami ingin membaginya dengan satu sama lain.
Saya terkesan dengan ceritanya. Ia bercerita dengan jujur, tanpa dilebih-lebihkan, tanpa ingin minta dikasihani. Sesekali tampak matanya berkaca-kaca. Ia menceritakan bagaimana perjuangannya saat ayahnya sakit hingga meninggal, bagaimana ia menjadi tulang punggung keluarga, bagaimana ibu serta adik-adiknya pingsan saat ayahnya meninggal, bagaimana ia mengurus sendiri pemakaman dan pengajian untuk ayahnya, bagaimana lelahnya ia hingga suatu malam pernah berdoa meminta kepada Tuhan untuk tidak perlu bangun lagi keesokan harinya, bagaimana ia tidak punya pilihan lain karena menjadi kuat hanyalah satu-satunya pilihan yang ada.
Dia telah berjuang begitu keras untuk ayahnya dan keluarganya. Dan Tuhan memang tidak pernah menguji kita lebih dari kekuatan yang kita miliki. Saat dia benar-benar lelah, semua cobaan mulai diangkat sedikit demi sedikit oleh Tuhan. Dia telah menjaga dan mengurus ayahnya dengan baik. Maka gantian Tuhan yang kini menjaga ayahnya di surga. Saya juga yakin Tuhan juga menjaga dia dan keluarganya di dunia. Kini masa-masa sulit sudah lewat. Dia sudah mulai bisa tersenyum dan membagikan ceritanya.
Lalu mengapa ia ingin melupakan kisah tentang ayahnya? Ini masih berhubungan dengan postingan saya sebelumnya. Kisah yang ingin kami lupakan bukan karena kisah itu buruk. Tapi jika menyimpannya sendirian akan terasa menyakitkan. Maka kami membaginya. To get well and move on.
Saya masih tidak menyangka, di balik tubuhnya yang kecil ternyata ada sosok yang begitu kuat. Di balik senyumnya yang ceria, ia menyimpan duka.
Terima kasih ya Kak Ika Michil karena sudah mau membagikan ceritamu *peluk kenceng*



abis nangis malah yang bengkak pipinya :P

Saturday, September 21, 2013

Barang yang Ingin Dilupakan

Kalau disuruh nyumbangin sebuah benda yang ingin kamu lupakan atau benda yang mengingatkan kamu akan peristiwa/orang yang ingin kamu lupakan, kirakira kamu mau nyumbang apa?
Iya emang kampret banget itu pertanyaannya. Dan bukan sekedar pertanyaan saja. Saya benarbenar harus nyumbangin barang tersebut demi bisa nonton.
Jadi Papermoon Puppet Theatre ngadain pentas lagi di Jakarta tanggal 30 September dan 1 Oktober besok. Kali ini bawain Setjangkir Kopi dari Plaja. Saya udah pernah nonton sih waktu di Jogja bulan Desember 2011. Tapi berhubung saya cinta mati sama Papermoon, saya berniat nonton lagi.
Groupies Papermoon di ibukota banyak banget. Dan pertunjukkannya cuma 2 hari saja. Itu pun dibatasi 30 penonton setiap pertunjukkan. Kebayang dong kayak apa orangorang berburu tiket pementasan kali ini?
Singkat cerita saya berhasil reservasi untuk dapetin tiket. Don't call me Ketua Groupies Papermoon cabang Jakarta kalo ga berhasil dapet tiket. Hehehe. Saya dapet email dari Goethe Institut (yang sponsorin pertunjukkan ini) yang bilang reservasi enam tiket saya berhasil.

*dapet email*
HOREEE BERHASIL RESERVASI TIKEEETT!!!

*5 menit kemudian selesai baca email*
GAK JADI NONTON AJA. BERAT AMAT SYARATNYA. OKEH BYE!!!

saya mencelos abis baca email. Lalu dilanjut kesal. Abis itu gamang.
Tiket pertunjukkannya sebenarnya gratis. Yang berat justru syaratnya. Iyak, betul! Kayak yang saya sebut di awal tulisan ini. Nggak cuma nyumbangin benda tapi juga harus tulis ceritanya kenapa benda itu yang disumbangin. Baru deh bisa dituker tiket. Berat kan syaratnya? Mending saya bantuin Bandung Bondowoso bangun seribu candi deh.

Email itu mengguncang dunia saya. Langsung nggak konsen kerja. Langsung tarik napas panjang berkalikali. Langsung gemeteran. Bukan karena saya nggak tahu mau nyumbangin apa. Justru karena saya tahu benda itu yang SEHARUSNYA saya sumbang *sigh*

Saya ini pecinta kenangan. Hampir nggak ada kenangan yang pingin saya lupakan (ehem! Okeh sejujurnya pernah sih bilang pingin pinjem penghapusnya Tuhan supaya bisa menghapus dua orang dari hidup saya. Tapi ga ada barang yang berhubungan dengan dua orang itu yang bisa saya sumbangkan). Saya suka nyimpen tiket2 nonton, bon resto, tiket kereta, dsb. Semua demi mengenang momen. Hehehe. Makanya dompet saya tebel.

Nah tapi ada satu benda yang layak banget buat disumbangkan. Bukan karena peristiwanya buruk sehingga saya ingin melupakannya. Kenangannya justru manis. Terlalu manis malah (saya sampe takut diabetes :p). Tapi nyimpen kenangan manis itu justru akan menyakitkan. Tiap kali liat benda itu mata saya masih berkacakaca, badan saya merinding, dan hati saya kebatkebit. Nggak bagus banget buat jiwa dan raga.

Nyumbangin benda itu sematamata demi kebaikan saya (dan mungkin juga dia). Bukan untuk melupakan. Tapiii.... to get well and move on #traktakdungceesss

Makin dipikirin malah makin gak rela. Haruskah saya menyumbangkannya? *jongkok di pojokan gambar lingkaran2 kecil pake jari*

Tuesday, September 10, 2013

Saat Bosan Menulis, Lebih Baik Meracau Saja

Udah dua bulan blog ini nggak diupdate. Saya terlalu asyik dengan kesibukan baru sampai nggak inget lagi punya blog. Minggu lalu seorang sahabat bertanya: kok racauan si tukang cerita nya gak ada yang baru lagi? Udah males cerita?

Hehehe sejujurnya iya. Kalo mau diperhatikan, nggak cuma blog ini yang jarang diperbaharui isinya, twitter saya pun sepisepi aja. Mungkin karena kesibukan baru saya lebih menyita perhatian.

Sekarang saya kerja di sebuah majalah. Majalah untuk orangtua berkaitan dengan isu pengasuhan anak. Iya, masih nggak jauhjauh dari dunia yang saya suka: anakanak. Dan nggak jauh juga sama jurusan saya semasa kuliah. Mungkin itu sebabnya kerjaan saya yang kali ini dapet restu dari ibu dan bapak. Buat saya kerjaan ini adalah jalan tengah. Saya masih bisa melakukan apa yang saya suka tapi sekaligus tidak membuat bapak ibu murka (ehem, jangan salah! Keinginan jadi guru tetap masih ada, dan akan saya wujudkan suatu hari nanti *pssstt!!! Jangan bilangbilang si ibu ya*).

Kerja di majalah tentu saja sebagian besar waktunya diisi dengan menulis. Menulis artikel untuk majalah, menulis artikel untuk web, menulis content social media, pokoknya menulis menulis menulis. Menulis jadi bagian dari harihari saya, menjadi cara memperoleh gaji, menjadi kewajiban saya. Saya tak lagi menulis untuk melampiaskan rasa marah (atau bahkan galau atau sedih atau senang). Saya tak lagi merasa menulis sebagai sebuah hiburan. Makanya, tak heran si blog ini tak pernah ada isinya, si twitter juga jarang ada kicauannya.

Namun hari ini tibatiba saya rindu meracau di sini. Sejujurnya *uhuk* saya sedang bosan menulis *menunduk malu* (APAAA??KOK BISA?? *zoom in zoom out*) Saya merasa saat mengerjakan edisi Oktober, saya melakukannya setengah hati. Tidak seperti edisiedisi sebelumnya. Di edisi Oktober ini saya punya jatah empat artikel yang deadlinenya berdekatan. Tapi saya baru menyelesaikan satu saja. Itu pun tidak dikerjakan dengan sungguh. Saya menyerahkannya ke mbak editor ketika ditagih (padahal di bulanbulan lalu saya selalu selesai sebelum deadline). Tulisan yang saya berikan hanya demi memenuhi deadline, bukan pekerjaan yang membuat saya puas. Setelah diedit oleh mbak editor pun, saya langsung menyesal. Ah ya ampun, tulisan saya sampah sekali. Mbak editor harus banyak menambal di sana sini. Jangan ditanya bagaimana nasib tiga tulisan saya yang lain. Yang satu sudah pasti ingkar juga dari deadline (efek domino karena tulisan pertama terlambat), yang satu belum saya pindahkan fotofotonya (tulisan tentang review makanan), dan yang satu belum sama sekali saya sentuh bahannya.

Saya belum berhasil menemukan apa yang menyebabkan saya jadi demotivasi begini. Sekarang saya cuma butuh mood charger baru supaya punya motivasi untuk menulis lagi. Doakan sayaaa!!!

Tuesday, July 09, 2013

Counting The Blessing

Emang bener ya kalo kita ngitung berkat apa aja yang udah kita terima selama ini, rasanya nggak abisabis, rasanya banyaaaakkk banget. Dan yang jelas: bikin bahagia.

Kemarinkemarin memang minggu yang sibuk buat saya. Hampir setiap hari lembur. Belum lagi harus bekerja juga di weekend. Masih ada lagi side job yang nekat saya ambil seakan kerjaan saya sendiri masih kurang banyak. Bisa dipastikan, tiap hari saya terlihat kelelahan dan ngantuk. Mulut saya berulang kali mengeluh (yang ternyata malah membuat saya semakin capek!).

Namun hari ini, saat saya lagilagi lembur, ditambah Jakarta yang diguyur hujan sepanjang hari plus macet luar biasa di manamana, saya menyempatkan diri untuk menghitung berkat apa saja yang sudah dan akan saya terima.

- semua artikel saya sudah selesai sebelum deadline (thanks to para narasumber dan editor).
- hari senin di saat semua orang lembur, saya malah punya waktu untuk nonton Despicable Me 2 (uwlalala minions dan Agnes bikin gemets!) bersama Thomas dan Rere.
-  rabu sore bakal bantuin tementemen komunitas maGis Jakarta untuk persiapan live in. Ah komunitas ini emang selalu bikin kangen. Maafkan saya yang sibuk sekali akhirakhir ini.
- kamis pagi dapet jatah liputan. Kenapa girang? Karena bisa ketemu orang baru dan belajar hal baru.
- dapet tiket gratis untuk nonton pementasan Laskar Pelangi hari jumat dari jam 2 siang sampe jam 5 sore. Abis nonton nggak perlu balik kantor lagi hihihihi.
- jumat malem berangkat ke Jogja (iyah, Jogja lagi!). Wooohoooo nonton Papermoon Puppet Theatre (lagi!). Karena sebelumnya abis nonton Laskar Pelangi, masih punya banyak waktu nih sebelum kereta berangkat.
- janjian makan malem sama Karin sebelum saya ke Jogja. Udah lama banget nggak cecurhatan.
- senin dan selasa depan ke Bandung sama klien. Judulnya liputan sih tapi semuanya udah diurusin dari awal berangkat sampe nanti pulang. Pokoknya tinggal bawa baju gitu aja. Yihaawww!!

Itu baru highlight nya aja. Masih banyak lagi berkat kecilkecil di minggu ini. Ngerti kan kenapa saya jadi senyumsenyum selama lembur tadi?


Untuk semua yang sudah terjadi, terima kasih Semesta!
Untuk semua yang akan terjadi, semoga Semesta mendukung!

Thursday, June 06, 2013

kamu atau yang satunya lagi

lagu soundtrack sebuah film terputar di dalam ruang karaoke
entah siapa yang memasukkannya dalam playlist malam itu
sekelebat pikiran tentang kamu muncul
kamu yang menemani saya menonton film itu
atau
malah yang terlintas justru kamu yang satu lagi - yang tidak ikut menonton film tapi mengajak saya mengobrol panjang lebar ngalor ngidul tentang film itu

di perjalanan pulang saya mendengarkan radio
dan lagilagi sebuah lagu sukses membuat saya memikirkan kamu
kamu yang ternyata tidak pernah 'pulang' ke hati saya karena memilih hati lain sebagai tempat singgahmu
atau
justru lagu itu lebih tepat untuk kamu yang satu lagi yang selalu saya nantikan kepulangannya hingga hari ini

entahlah
pikiran saya mendua
begitu pula dengan hati ini
dan airmata menetes bingung tak tahu siapa penyebabnya

Thursday, May 23, 2013

Dibutuhkan Lebih dari Sekedar Keajaiban

Saya menulis postingan ini di dalam kereta yang sedang melaju menuju Solo. Di sebelah kiri saya duduk Komang Natalia, teman sejak SMA namun baru akrab sejak di bangku kuliah. Sedangkan di sebelah kanan saya, Meltari Daruningtyas, perempuan tangguh yang selalu menginspirasi saya. Kami bertiga akan turun di Jogja, lalu kemudian melanjutkan perjalanan menuju Borobudur untuk mengikuti perayaan Waisak.

Ide jalanjalan ini dimulai ketika di bulan Januari saya tibatiba kepingin sekali datang dan mengikuti upacara Waisak di Borobudur. Sebenarnya ini adalah keinginan sejak 2009 yang baru sekarang berani diwujudkan. Ide ini saya utarakan pada Komang dan Meltari, dua perempuan pekerja keras yang samasama bekerja di Deloitte (salah satu dari big four, cyiinn. keren ya mereka?!).

Sejak awal saya menyadari resikonya saat mengajak mereka berlibur bersama. Kirakira mereka punya waktu nggak ya? Dengan kesibukan kerja yang gilagilaan, mungkin nggak sih mereka cuti dan kabur sebentar untuk bertualang bersama saya?

Diskusi panjang kami menghasilkan sebuah keputusan: ya, kami akan datang perayaan Waisak tahun ini.

Saya merelakan diri untuk mengurus tiket dan survey soal penginapan. Sengaja saya memilih berangkat dengan kereta paling malam supaya masih ada kesempatan untuk mereka tiba di stasiun tepat waktu.

Proses pesan tiket dan booking penginapan berjalan lancar. Tapi justru ketegangan muncul di harihari menjelang keberangkatan.

Dua hari sebelum hari keberangkatan, saat saya sedang sibuk packing tibatiba Meltari ngetweet: masih ada tiga manajer yang belum approve cuti gue, doain yak. Okesip. Degdegan pertama.

H min 1 Melty bilang ada acara dinner kantor yang nggak bisa ditinggal di hari keberangkatan kami. Melty meminta saya dan Komang menuju stasiun Senen duluan. Nanti Melty akan menyusul kami dengan ojek. Okesip. Degdegan kedua.

Saya dan Komang berjanji untuk bertemu sekitar pukul 6 sore. Kereta kami berangkat pukul 9 malam. Masih ada waktu untuk numpang mandi di kosan Komang. Setelah itu kami akan mencari makan malam lalu menuju stasiun Senen. Rencana yang ciamik.

Tapi di hari H, pagipagi Komang kirim whatsapp: Gon gue mendadak ada invitation discussion jam 8 malem aja gitu. Nanti lo ke stasiun Senen duluan aja ya. Okesip. Eh apa?! Bagaimana?! Degdegan ketiga. Mungkin di saat ini harusnya dada saya udah disetrum pake alat pacu jantung.

Dan tadi di kantor saya lemes. Pasrah. Bingung. Tapi tetep masih degdegan. Semoga dua partner jalanjalan saya diberi kelancaran sehingga bisa sampai di stasiun Senen tepat waktu.

Meltari udah sempet bilang: kalo terjadi apaapa, amitamit jangan sampe sih, gue ditinggal aja ya Gon.

Oh noooo!! Digituin malah saya makin gak karuan. Ini butuh lebih dari sekedar keajaiban supaya dua partner saya bisa tetep ikut jalanjalan.

Jam 7 malam saya menuju stasiun Senen dengan gontai. Kalau terpaksanya saya harus pergi sendiri, saya pasrah. Toh perginya ke Jogja, tempat yang nggak asing buat saya, rumah kedua.

Tapi Tuhan emang baik banget. Saya nggak dibiarin sendirian melakukan perjalanan ini. Dua partner saya muncul jauh sebelum waktu keberangkatan. Mau tau gimana perasaan saya waktu ngeliat mereka berdua muncul di stasiun? Kayak orang yang abis boker setelah sebelumnya mesti nahan setengah mati karena gak nemu WC. Legaaaaa....

Sekarang saatnya memulai petualangan. Mari tinggalkan sejenak semua keriweuhan di Jakarta. Peluk Meltari dan Komang yang sudah mau berjuang supaya saya nggak jalanjalan sendirian hehehehehe.

Sunday, April 28, 2013

lost in translation

hari ini saya punya sedikit waktu luang
dan saya memilih untuk duduk di pojokan
saya berikan kamu sedikit ruang
supaya bisa kembali masuk dalam pikiran



saya
memanggilmanggil
mengingatingat
merekareka
setiap kenangan, setiap percakapan



ternyata dulu
dalam kurun waktu tiga puluh hari
jarak kita hanya beberapa inci
sebelum akhirnya bisa saling menautkan hati



lalu apa yang salah?
lalu siapa yang salah?
lalu kenapa sekarang jadi salah?



salah kode
salah sinyal
salah alamat
salah sambung
salah menerjemahkan



you are not that into me
mungkin itu jawaban yang paling mudah dipahami

Saturday, March 23, 2013

Empat Jam Paling Menyenangkan Hari Ini

saya
terlalu sibuk senyumsenyum
sampai lupa rasanya ngantuk
sampai nggak sadar sudah jam tiga pagi
sampai nggak sabar nunggu matahari terbit lagi

kalau boleh, pingin empat jam itu dihentikan di situ saja, dikristalin biar bisa disimpen di toples

sayangnya semesta ini cair dan terus bergerak

semoga saja akan ada empat jam - empat jam menyenangkan lainnya

*nyengir super lebar sambil megang dada*

Saturday, February 09, 2013

Hari Pertama

Hari pertama dalam siklus bulanan perempuan selalu tidak menyenangkan. Setidaknya buat saya. Perut seperti diremasremas, pusing, mual, bahkan beberapa kali hari pertama saya dilalui dengan muntah dan pingsan.

Itu masih belum ditambah mood yang aneh. Bisa jadi galak banget sampe ngegonggong kalo ada yang bikin salah, atau tibatiba tertawa bahagia, namun mendadak menyemenye sampe nangis sesenggukan.

Nafsu makan hilang. Malas ngapangapain. Cuma mau ngeringkuk di tempat tidur sambil diusapusap punggungnya hingga tertidur.

Bulan ini hari pertama saya juga bermasalah. Saya jadi rewel dan uringuringan. Hingga harus minum obat dan jamu untuk meredakan sakit.

Tapi di hari kedua saya baru menyadari. Kehadiranmulah yang sebenarnya menenangkan. Bukan, bukan ibuprofen yang kamu resepkan. Bukan pula kiranti yang kamu belikan di bulan lalu.

Kamu yang ada di situ. Yang bisa saya rengkuh dengan menggapai tangan saya, dengan bantuan teknologi untuk bisa mengobrol dengan asyiknya. Tidak perlu kehadiranmu secara fisik. Ngobrol dan ketawaketawa denganmu melalui messenger sama berartinya dengan usapan di punggung.

Kamu si penghilang nyeri paling mujarab!

Saturday, January 12, 2013

(Gagal) Move On

Move On. Emang cuma dua kata. Mudah diucapkan tapi sulit (banget!) dilakukan.

Kalau ngutip katakatanya Remigius Aditya (tokoh favorit saya di novel Perahu Kertas dan diperankan dengan gantengnya oleh Reza Rahardian): "move on terjadi dengan sendirinya. Sederhana, jika sudah waktunya kita akan rela"

Kyaaaaa Mas Remiiii...kamu pengertian sekali sih *berlari ke pelukan Mas Remi*

Nah jadi jika belum waktunya move on yasudah ga bisa dipaksa. Maka nikmati saja lah ya masamasa di mana tiap kali berdoa selalu nama kamu yang disebut pertama, tiap kali pergi makan selalu inget pernah makan di tempat itu sama kamu, tiap kali ngobrol sama orang yang juga kenal kamu selalu menyelipkan nama kamu dalam pembicaraan, tiap kali buka social media selalu ngecek akun kamu, sampai tiap malem nangis karena kangen kamu *sigh*

Kamu udah berhasil move on. Memulai kehidupan baru, ketemu orangorang baru, kerjaan baru, tempat baru.

Saya?

Masih di tempat yang sama, yang penuh dengan jejak kamu, yang udaranya masih wangi parfum kamu, yang setiap tempat kayak ada bayangan kamu, yang sayupsayup masih bisa denger suara tawa kamu, yang setiap kali mata memandang selalu saja ada kenangan tentang kamu berlompatan di kepala.

Saya masih duduk di sini. Di tempat yang sama. Dengan tumpukan rindu. Dan juga cinta yang sama banyaknya. Saya masih di sini. Menunggumu kalaukalau suatu saat kamu berpikir untuk pulang

*elap ingus*

Tuesday, January 08, 2013

Mau Bilang Tapi Takut

Saya cuma mau bilang kalau saya kangen
Tapi saya takut

Takut kalau nanti orangorang tahu saya kangen
Takut kalau nanti garagara kangen saya jadi menyemenye
Takut kalau nanti kangen saya ini disalahartikan
Takut kalau ternyata kamu gak kangen balik sama saya
Tapi saya paling takut bilang kangen karena nanti saya jadi nekat melakukan apapun cuma untuk bisa membunuh kangen ini

 

(c)2009 racauan si tukang cerita. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger