Wednesday, October 27, 2010

suka disakiti :)

panggil aku si masokis

karena aku hanya sedikit meringis

ketika luka yang sama kembali teriris



tidak, tidak!

kini aku tak lagi menangis

karena semua tentangmu kuingat dengan manis

Monday, October 11, 2010

Kisah-kisah yang Mengingatkan

Jumat 8 Oktober 2010 saya pergi menonton pementasan teater oleh Teater Satu, Lampung. Mereka membawakan lagi lakon yang sama persis seperti tahun lalu. Hanya bedanya kali ini dimainkan di Teater Kecil, TIM sedangkan tahun lalu di Salihara, Pasar Minggu.


Perasaan saya mengatakan bahwa malam itu akan menjadi malam yang panjang, malam yang menguras emosi saya. Dan sebenarnya saya bisa saja memutuskan untuk tidak jadi menonton, membatalkan janji dengan kedua teman saya untuk menonton pertunjukkan itu bersama. Namun hati kecil saya mengatakan bahwa saya harus melewati malam itu jika saya benar-benar ingin berdamai dengan keadaan saya. Malam itu akan menjadi salah satu bagian dari proses rekonsiliasi saya selama ini dengan mereka yang pernah melukai saya maupun dengan diri saya sendiri.

Saya menunggu waktu dimulainya pertunjukkan dengan perasaan tidak karuan. Saya tahu bahwa pertunjukkan ini pasti akan menguras emosi saya. Saya tahu itu dari judul pertunjukkan ini: "Kisah-kisah yang Mengingatkan".

Ya, saya kembali diingatkan dengan kisah saya sendiri melalui pertunjukkan teater ini. Saya tidak berhenti menangis sejak 5 menit pertama hingga sesaat sebelum lampu di Teater Kecil menyala lagi. Bahkan saya masih terus menangis hingga menuju parkiran mobil, saat di angkot, maupun ketika sudah sampai rumah. Saya tidak menyangka efek menonton pertunjukkan itu akan sedemikian hebatnya.

Saya tidak ingin membahas keunggulan teknik seni peran dan seni panggung Teater Satu Lampung. Salah seorang teman yang juga ikut menonton bersama saya telah membuat ulasan mengenai hal ini (dan akan saya posting nanti). Namun saya akan menceritakan beberapa bagian dari teater itu yang membekas dalam hati dan ingatan saya.



Lelaki itu terus saja mengeluarkan kenangan-kenangan perih sedangkan kekasihnya, Sang, masih saja berharap dapat merajut kembali kisah mereka yang tertunda. Dan mereka saling melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk menemukan apa yang masih tersisa dari kisah mereka. Mereka terjebak dalam kisah-kisah mereka sendiri. Mereka tidak mau kembali ke dunia nyata karena kehidupan mereka tidak lagi penuh pesona.


"Kalau saja aku tidak melalui jalan itu, aku tidak perlu bertemu dengan kau. Dan aku tidak perlu meledakkan belakang kepalaku yang penuh dengan kenangan tentangmu"


"Bagaimana bisa aku terlupa pada dia yang telah membuat hatiku terikat?"


"Kau selalu bercerita”

Dan kau selalu mendengarkan ceritaku

“Aku melakukan apapun untuk bisa mendengar ceritamu”

Kau buatkan aku kopi. Kopimu kemanisan. Tapi aku bahagia

“Serbuk kopi dari cangkir menempel di bibirmu”

Ya, dan aku ingat kau memberikan selembar saputangan

“Kau lipat dua saputangan itu dan kau usap bibirmu. Serbuk kopi berpindah ke saputangan itu”

Setelah itu kau ambil lagi saputangan itu

“Ya, diam-diam aku menempelkan bibirku pada bekas bibirmu”


“Masuklah, di luar dingin dan gelap”

Tidak apa-apa, semakin gelap justru semakin baik. Kau jadi semakin bersinar

“Tetapi aku tidak bisa melihat wajahmu”

Tidak penting, karena kaulah yang harus terus bercahaya


Kau menyuguhkan aku opor ayam. Masakanmu terlalu asin. Lagipula ini bukan hari raya. Tapi aku bahagia




Dear: my part time lover and full time friend

Aku masih mengingat dengan jelas ceritamu ketika menyaksikan teater ini tahun lalu. Mungkin hanya aku yang masih terjebak dalam kisah-kisah kita. Sebenarnya aku tidak mau terus menerus hidup di dunia imajinasi ini dan hilang dalam ratusan kisah yang kututurkan sendiri.
Namun aku pun tak mau kembali ke kehidupan nyata, di negeri yang jauh di batas ingat dan lupa. Aku tak mau hidup tanpa pesona dan kehilangan jiwa. Seperti kamu yang telah kehilangan kenangan dan impian tentang kita.

 

(c)2009 racauan si tukang cerita. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger